Sejarawan seni, kurator, dan organisator seni, pendiri Indonesian Visual Art Archive (IVAA) di Yogyakarta (2006-2015), dan pembangun arsip koleksi National Gallery Singapore (2015-2019)
Pematung, pengajar Institut Kesenian Jakarta, dan aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Indonesia.
Kurator, penulis, dan pekerja seni, dengan proyek meliputi Symposium Biennale Yogyakarta dan “Sunshower: Contemporary Arts in Southeast Asia 1980s to Now” (2018-2019)
Kurator, pengarsip, dan peneliti, antara lain dalam “Mutual Unknown” (2017), pameran koleksi Istana Kepresidenan Republik Indonesia “Senandung Ibu Pertiwi” (2018), dan revitalisasi ruang koleksi permanen serta pembuatan “Lini Narasi Baru” Museum Seni Rupa dan Keramik Jakarta (2019).
Kurator di National Gallery Singapore, dengan latar pengalaman di ParaSite, Singapore Art Museum, dan De Appel, serta pameran-pameran “Afterwork” (2016) dan “Why Stay If You Can Go?” (Stedelijk Museum, 2011)