TROTOARt

TrotoART lahir dari inisiatif sekelompok pelukis jalanan yang “mangkal” di salah satu ruas jalan di Kota Tua, Jakarta, sejak 1989. Gagasan untuk membentuk komunitas seniman meletup pada 2001, ketika Jhons Patriark Karlah dan rekan-rekannya ingin berbagi pengalaman dan pengetahuan mereka sebagai seniman kepada warga Penjaringan, Jakarta Utara, wilayah yang menjadi “markas” mereka hingga saat ini. Ketika Yayasan Trotoar Semesta Raya terbentuk, TrotoART mengembangkan kerja-kerja kesenian mereka di beberapa wilayah di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Beberapa di antara kerja-kerja tersebut antara lain adalah program Sehat Bersama TrotoART dan Bermartabat Bersama TrotoART, yang dijalankan setiap minggu, per tiga bulan, per enam bulan, dan per tahun. Selain program, TrotoART menjalankan unit usaha mandiri, yaitu Katro Management. Di bawah manajemen ini, mereka menjalankan dan mengelola beberapa bidang usaha seperti warung kopi (Katro Kopi), bengkel? (Katro Vespa), studio musik (Katro Studio), band punk (Katro Musik), dan lain-lain. “Katro” adalah kata sifat yang merujuk pada sifat-sifat seperti “jelek,” “sampah,” “kampungan,” atau “pinggiran.” TrotoART menggunakan kata tersebut untuk menamai program-program mereka yang bersifat positif untuk mengubah pandangan umum terhadap “yang katro.” Selain unit-unit usaha tersebut, Katro Management juga menjalankan dan mengelola program senam sehat ibu-ibu warga Penjaringan, layar tancap keliling, lokakarya bagi anak-anak di kolong tol Penjaringan, festival musik publik, sunatan massal, yang semuanya dibiayai secara kolektif, baik oleh warga maupun para anggota TrotoART, dan sempat terhenti pada masa pandemi lima tahun lalu.